Monday, October 26, 2009

“Some people just go on living alone”


Bukan sebuah tajuk atau apa. Sebuah kalimat yang qkutip dari status facebook seorang teman. Mungkin bagi sebagian orang, hidup sendiri sangat menyenangkan, tanpa beban, tanpa perlu berbagi dengan siapapun, dan at least everything gonna be rite. Aq banyak menyaksikan, orang2 di sekitarq yang pada akhirnya memilih untuk hidup sendiri atau melajang untuk seumur hidup. Well, secara finansial mereka sangat mapan, karir yang menjanjikan, dan fasilitas hidup yang hampir semua dimilikinya. Tapi, kebanyakan dari mereka justru menjadi pribadi yg menurutq “freak”, beda dari kebanyakan orang, serta emotion control yang ga bisa dibilang bagus.
Aq sempat memberikan sebuah komentar, “Banyak orang ga bisa hidup sendiri. Bukan, bukan karena dia tidak bisa melakukan segala sesuatunya sendiri ataupun bergantung pada orang lain..tapi just need people to share our life”
Entah kenapa seperti mendapat kepuasan tersendiri, memberikan sanggahan yang pada kenyataannya aq prefer to be alone.. Hehehe.. Kenapa? Jawaban kerennya sih “Aq terlalu tangguh untuk menjalani segala sesuatunya berdua” walopun yang sebenernya, aq udah ‘emoh’ sama yang namanya sakit dan ditinggalkan. Dua konsekuensi yang harus siap ditanggung oleh seseorang ketika dia memutuskan untuk membagi kehidupannya dengan orang lain.
Bwatq, menjadi sendiri atau berdua hanya sekedar masalah pilihan. Like me now... just let it flow. Menjalani saja kemana Sang Pemberi Hidup menciptakan lakonnya. Aq hanya pemain yang siap memainkan segala macam peran.. Apapun itu.



or

He Loves Me, He Loves Me Not


Entah apa kaitannya topik di atas, dengan apa yang akan aq tulis ini. Aq cuma pengen aja ngasih judul itu di tulisan ini.
Aq ga pernah percaya dengan apa yang namanya Soulmate. S.O.U.L.M.A.T.E. Yup. Bahkan aq pernah membaca tulisan “Everyone for every single” Bahwa ada seseorang yang entah di belahan dunia sebelah mana, telah disiapkan untuk qta. Yang ketika qta bertemu dengannya, jantung qta akan berdetak lebih kencang, darah qta akan mengalir lebih deras, dan akan ada suara2 yang mengiri kehadirannya. Bwatq segala sesuatu bisa menjadi milik qta, tergantung bagaimana qta mengusahakannya. Terkesan sombong memang. Tapi segala sesuatu itu tetaplah atas seijin-Nya.
Belakangan, aq memiliki seorang “teman” spesial. Yang kehadirannya sangat menyita perhatianq, mencuri waktuq, dan mulai mengaburkan logikaq.. Aq mencintainya. Begitu qsimpulkan. Tapi, aq mendapatkannya bukan dengan tanpa usaha lho ya... Tapi ga juga pake jampi2 segala. Aq mengerahkan seluruh kosa kata yang qmiliki, aq curahkan sebagian hidupq bwat dia dan bahkan segala ‘teknik’ bercintaq, mulai ala Kahlil Gibran sampai Retni SB (lho?!?!?!). Hehehe... Dan akhirnya aq memilikinya... Aq begitu yakin dia untukq, yang terakhir dan untuk selamanya.
Sampai... suatu waktu, keluar sebuah pernyataan yang sungguh sangat meluluhlantakkan hatiq. Bahwa cintanya tak lagi untukq, bahwa ternyata dia masih menyimpan sebuah rasa untuk seseorang, dan itu bukan aq. Bahwa...bahwa...bahwa... dan semua bahwa yang aq benci telah mendengarnya. Aq sakit, aq terluka untuk semua pengakuan itu. Dan qpikir aq akan bisa menyelesaikan semuanya, membuat hubungan kami baik2 saja. Tapi, apa pernah kalian mendengar, sebuah perahu akan tetap berlayar dengan gagahnya, ketika satu dayungnya patah? Dan memang pada akhirnya aq tersadar oleh sesuatu hal. Bahwa —damn! Akhirnya aq menyebut ‘bahwa’— ada hal2 yang memang ga mungkin untuk qta paksakan.






Aq mulai berpikir, merenungi semua hal yang terjadi begitu cepat dan di luar kendaliq... Sampai pada akhirnya aq menemukan sebuah titik “Setiap orang, memiliki seseorang yang sangat dicintainya, walopun pada akhirnya tidak harus dimilikinya. Dan tak ada kekuatan sebesar apapun —selain-Nya— yang bisa mengubah itu.” Dan akhirnya kalimat sampah barusan menjadi jawaban untuk semua yang terjadi... Aq mulai mempertanyanya cintaq, dan sgala rasaq untuknya. Sampai suatu waktu, datang seorang kawan lama, aq menangis dihadapnya, tanpa perlu qkatakan apapun. Hanya demi mendengarnya mengatakan sesuatu. Ada rasa yang meluap, yang sulit untuk qungkapkan. Semua hal menari di benakq, seorang kawan yang selalu qrindukan ini, yang selalu hadirkan tawa dan rasa nyaman saat bersamanya. Dan, seseorang yang mampu membwatq tergetar dan merasakan betapa luarbiasa indah cinta itu... Namun sayang, dia sudah memiliki tambatan hatinya dan itu bukan aq. Aq ternyata menyimpan rasa itu untukmu kawan...selama sekian tahun dan aq berusaha mengabaikannya...

Kembali pada tokoh pertama pada tulisan ini. Hubungan kami tetap terjalin baik. Hanya mungkin kastanya sedikit turun, dari seorang teman spesial menjadi teman dekat. Ironis, mungkin. Tapi itulah yang terjadi sekarang. Hanya saja aq sudah mulai bisa menerima, bahwa sayang dan cintanya tak lagi bwatq. Bahkan aq meragukan “rasa” itu pernah ada di hatinya.
Dan aq? Akan sampai kapan? Jangan tanyakan itu. Karena aq ga akan tau sampai kapan aq akan benar2 bertemu orang yang memang qcintai dan juga memilihq untuk dicintai.