Tak pernah ada kata terlambat
untuk memulai. Termasuk saat aku memutuskan untuk menulis ini.
2 tahun yang cukup panjang dan melelahkan. Entah dimulai dari mana.
2 tahun yang cukup panjang dan melelahkan. Entah dimulai dari mana.
1st : Single Fighter
Perjuangan panjang dan
melelahkan, sejak Agustus 2003 akhirnya dengan ikhlas harus kusudahi.
Perkawinan yang dengan penuh pengorbanan, akhirnya selesai dalam 3x ketokan
palu hakim. 11 Mei 2010. Aku resmi menyandang status baruku sebagai Single Mom.
Yup, lega pastinya. Walau ada sesuatu yang harus dengan paksa untuk ku
lepaskan. Tapi biarlah. Awalnya bukan hal mudah memulai hidup dengan status
baru ini. Bahkan keluargaku pun masih belum bisa percaya dan terkadang malu
rasanya untuk sekedar mengatakan aku sudah “janda”. Masyarakat punya stigma
sendiri mengenai status “janda” tapi ya sudahlah. Hidup adalah takdir yangkita
pilih sendiri. Dan sejauh ini, aku bisa menjalani semua dengan sangat baik.
Bismillah, semoga semua hal tentang anak-anakku dimudahkan Tuhan. Aamiin.
2nd : PNS BPN RI
Pontang-panting dan jatuh
bangunku mencari pekerjaan akhirnya beroleh hasil. Dari sekian tes yang ku
ikuti, akhirnya aku lolos dan diamanahkan oleh Allah SWT untuk di sini, BPN RI.
Alhamdulillah.
Di sini aku akan banyak cerita tentang dunia PNS yang sedang aku jalani sekarang. Yup. PNS, yang aku sangat anti dari awal. Bahkan sahabat baikku berkata : “Anak2 dari sekolah kita —SMU 10.red— ga cocok jadi PNS. Terlalu banyak waktu yang bakal terbuang sia-sia. Udah keluar aja.” Dan aku hanya bisa tersenyum simpul. Tak tau harus menimpali apa.
Di sini aku akan banyak cerita tentang dunia PNS yang sedang aku jalani sekarang. Yup. PNS, yang aku sangat anti dari awal. Bahkan sahabat baikku berkata : “Anak2 dari sekolah kita —SMU 10.red— ga cocok jadi PNS. Terlalu banyak waktu yang bakal terbuang sia-sia. Udah keluar aja.” Dan aku hanya bisa tersenyum simpul. Tak tau harus menimpali apa.
Masa CPNS-ku kulewatkan di
Jakarta, yang dalam 1 tahunku di sana, mampu membuatku sangat ‘jatuh hati’.
Yup, aku sangat cinta Jakarta. Gila mungkin menurut sebagian orang yang mulai
bosan dengan kericuhan, kemacetan Jakarta. Tapi ada sisi lain yang kunikmati
dari Jakarta. “KEAPATISAN” Jakarta. Yang cukup tau bagaimana berjuang untuk
hidupnya sendiri tanpa peduli apalagi ikut campur dengan urusan orang lain.
(Tentang kisahku di Jakarta akan
ku tulis di kesempatan lain).
1 tahun, bukan waktu yang bisa
dikatakan singkat atau tidak juga divonis lama. Dan 1 tahun hanya memberikan
sedikit catatan kecil tentang instansi tempat aku bernaungi ini. Sistemnya,
orang-orang di dalamnya. Dan aku, bolehlah sedikit meninggi, hanya setitik susu
dalam sebelanga nila. Hayhay… entah apaaa…
Hujatan, cibiran, perdebatan
selalu berkecambuk di kepalaku. Betapa oh betapa instansiku —yang mungkin tidak
beda jauh dengan instansi pemerintah kebanyakan— dan banyak cerita yang untuk
sekarang cukup ‘kusimak’ saja.
Mei 2011. Aku ditempatkan di
daerah asalku, Kalimantan Timur. Sebenarnya agak sedikit kecewa. Karena aku
harus mengalahkan egoku, dan melepaskan tiket yang bisa mengantarku tetap
berada di Jakarta —Kota Kecintaanku—
Aku tidak ‘pulang’ sendiri. Aku
bersama 6 orang temanku. Mereka berasal dari latar belakang yang berbeda-beda,
juga sifat yang berbeda-beda tentunya. Tapi, sekarang… Mereka adalah Saudaraku
di BPN RI ini.
Semakin dan semakin aku masuk ke
dalam. Semakin banyak yang meronta2 di diriku. Yang menohok nuraniku. Yang
mengusik idealisku. Yang dan seribu yang…
Setiap cerita yang kualirkan pada
kakakku RF dan akhirnya : “Sedikit kau tak usah gunakan nuranimu. Dan kamu tau?
lama kelamaan terkikis, sampai akhirnya tak bersisa lagi.”
Da*n. Gelisah, Gamang dan entah apa lah namanya. Yang jelas aku sangat tidak nyaman dengan apa yang kurasakan.
Da*n. Gelisah, Gamang dan entah apa lah namanya. Yang jelas aku sangat tidak nyaman dengan apa yang kurasakan.
Terngiang di telingaku, sebuah
statement —yang aku ingat siapa yang melontarkan— “Ketika kamu masih makan dari
BPN, jangan pernah menghujat BPN.” Dan aku sangat setuju dengan statement itu.
Aku merenungi, “…tidak ada yang salah dengan instansiku, yang memperburuknya
adalah orang-orang BPN itu sendiri. Aku ingin mengubah semua. Tapi tanganku
terlalu kecil. dan guruku pernah bilang : ‘jangan pernah bermimpi mengubah
dunia menjadi lebih baik, kalo kamu sendiri tidak melakukan yang terbaik.’…
Seandainya praktik percaloan tidak ada, tidak ada istilah NKK —Nolong
Konco-konco— dalam perekrutan dan jabatan. Seandainya dimulai saja dari hal
kecil itu… Ahhh… terlalu muluk aku berangan. Aku juga belum bisa disebut
pegawai yang baik. Yang terkadang fisikku ga kuat menembus hujan di pagi hari.
Yang terkadang aku masih terbujuk untuk sekedar kongkow bareng temen dan
segudang yang lainnya. Mungkin ga terlalu muluk kalo aku berharap, saat ada
sebersit idealisku yang masih bersisa, aku ingin melakukan yang terbaik untuk
instansiku, ato paling tidak, pencitraan terhadap pekerjaanku —cukup tentang aku
saja—
Oiya,
sekarang aku diamanahkan di Bidang V : Pengkajian dan Penanganan Sengketa dan
Konflik Pertanahan Kanwil BPN Prov Kalimantan Timur. Alhamdulillah memiliki
atasan yang bisa menjadi teladan untukku. Alhamdulillah karirku diawali di
bidang yang akan banyak ‘beramal’ untuk instansiku. Aamiin. To be continued…