Tuesday, February 26, 2013

Dedicated To My Boss


34 bulan atau 2 tahun 10 bulan saya bergabung dengan instansi ini. Dan selama 34 bulan, hari ini adalah hari yang sangat menyedihkan bagi saya. Egois sebenarnya, karena saya bersedih atas apa yang sudah lama dinantikan oleh atasan saya. Pelantikan beliau sekaligus rolling satuan kerja dari Kalimantan Timur ke Yogyakarta. 17 bulan bukan waktu yang lama walau juga tidak bisa dikatakan sebentar. Banyak hal yang bersama-sama kami lewati, banyak falsafah kehidupan yang entah sadar atau tidak beliau tanamkan pada saya. Kepanikan ketika ada penyidik yang dating tiba-tiba, atau ada permintaan laporan dadakan dari kantor pusat. Semua hal kami lewati bersama. Kekesalan demi kekesalan yang cukup menguras emosi saya pada beliau. Juga tawa demi tawa yang terkadang karena hal bodoh, kabar bodoh dan orang-orang bodoh (Ups... ini hanya istilah dari saya).
Satu kalimat beliau yang saya ingat : “Tidak ada yang namanya ketulusan di BP* ini.” Tapi sadarkah bapak, bahwa bapak telah menunjukkan ketulusan itu pada saya? pada kami bawahan bapak? Ketulusan dalam bekerja, ketulusan dalam melayani pengaduan demi pengaduan. Sikap dan perhatian bapak pada kami bawahan bapak, sudah menunjukkan, bahwa BP* ini masih memiliki seorang yang tulus, yaitu bapak.
Bapak mengajarkan bagaimana kerja yang ibadah. Bapak yang (mengutip istilah Pak Kabag TU) ‘lari terbirit-birit setiap adzan berkumandang’. Bapak yang juga mengajarkan bahwa bekerja bukan melulu soal uang. Bapak juga yang pernah bilang, tidak perlu takut pada atasan, bukan atasan yang menggaji kita. Intinya dedikasi dan loyalitas adalah pada instansi, institusi dan lembaga. Bukan pada atasan.
Hal terlucu dari atasan saya ini adalah beliau sangat pelupa. Dan pada akhirnya menular pada saya (maap, pak!). Dalam 1 bulan mungkin ada 1 lusin bolpoint yang dihilangkan. Kami sering sekali panik 1 ruangan mencari berkas yang hilang. Awalnya mengesalkan. Tapi lama-lama saya jadi terbiasa. Hehehe
Sebagai laki-laki, bapak adalah laki-laki yang menjaga kehormatannya. Pernah kami harus berada dalam 1 ruangan berdua. Dan tiba-tiba beliau menegur : “Anis, kamu pergi main kemana gitu. Ga enak kita berdua disini. Ga semua orang pikirannya sama, pasti ada nanti yang berpikir macam-macam, padahal kita ga ngapa-ngapain.”
Dan bapak adalah suami idaman untuk setiap wanita. Ketika di suatu acara yang mengharuskan para istri datang, saya bertanya : “mana ibu (maksutnya istri atasan saya), pak?”, dan setengah takjub mendengar jawaban beliau : “ada di sana, cari aja yang paling cantik. Itu istri saya.” God, pasti ibu bangga mendengarnya
Istri atasan saya adalah wanita kalem dan sederhana yang senyumannya meneduhkan hati. Dan saya selalu tenang tiap bertemu dan berbicara pada istri atasan saya ini. Dan mereka seperti dua sisi mata uang yang saling melengkapi. Ibu yang begitu bapak yang begini (LOHHH?!?!?).
Juga seorang Ayah yang paling diimpikan. Saya mau bertukar tempat untuk memiliki ayah seperti atasan saya ini. Pernah suatu hari karena saya ‘sesak’ oleh sesuatu hal (yang ga perlu diceritakan disini), entah mengapa saya menulis sms dan bercerita pada beliau. Dan setelahnya saya lega. Bagi saya beliau adalah seorang “Ayah” yang saya tidak miliki lagi.
Yang jelas, saya sangat bersyukur, karir saya diawali sebagai bawahan orang baik seperti atasan saya ini. Beliau adalah guru yang insya Allah saya jadikan acuan saya dalam bekerja.
Hal-hal kecil ini akan sangat saya rindukan :
“Nis!”
“Nis, buatkan SPPD saya”
“Nis, reschedule-kan tiket saya”
“Lha kamu naruhnya dimana?” dengan logat khas beliau
“Apa iya?”dengan logat khas beliau
“Sudah, kamu kerjakan lagi saja”dengan logat khas beliau
“Bisa kamu belikan saya ...”dengan logat khas beliau
Dan belum-belum... saya sudah mewek duluan.
Selamat menunaikan kerja yang ibadah di tempat yang baru ya, pak. Semoga amanah dan berkah.
Selamat berkumpul dengan keluarga. Semoga kebahagiaan dan keberkahan selalu menyertai bapak sekeluarga.
Dedicated to Bapak MUHAMAD FADHIL dan Keluarga.

*Ruangan Kabid yang saya acak-acak, 27 Februari 2013