Monday, October 26, 2009

“Some people just go on living alone”


Bukan sebuah tajuk atau apa. Sebuah kalimat yang qkutip dari status facebook seorang teman. Mungkin bagi sebagian orang, hidup sendiri sangat menyenangkan, tanpa beban, tanpa perlu berbagi dengan siapapun, dan at least everything gonna be rite. Aq banyak menyaksikan, orang2 di sekitarq yang pada akhirnya memilih untuk hidup sendiri atau melajang untuk seumur hidup. Well, secara finansial mereka sangat mapan, karir yang menjanjikan, dan fasilitas hidup yang hampir semua dimilikinya. Tapi, kebanyakan dari mereka justru menjadi pribadi yg menurutq “freak”, beda dari kebanyakan orang, serta emotion control yang ga bisa dibilang bagus.
Aq sempat memberikan sebuah komentar, “Banyak orang ga bisa hidup sendiri. Bukan, bukan karena dia tidak bisa melakukan segala sesuatunya sendiri ataupun bergantung pada orang lain..tapi just need people to share our life”
Entah kenapa seperti mendapat kepuasan tersendiri, memberikan sanggahan yang pada kenyataannya aq prefer to be alone.. Hehehe.. Kenapa? Jawaban kerennya sih “Aq terlalu tangguh untuk menjalani segala sesuatunya berdua” walopun yang sebenernya, aq udah ‘emoh’ sama yang namanya sakit dan ditinggalkan. Dua konsekuensi yang harus siap ditanggung oleh seseorang ketika dia memutuskan untuk membagi kehidupannya dengan orang lain.
Bwatq, menjadi sendiri atau berdua hanya sekedar masalah pilihan. Like me now... just let it flow. Menjalani saja kemana Sang Pemberi Hidup menciptakan lakonnya. Aq hanya pemain yang siap memainkan segala macam peran.. Apapun itu.



or

He Loves Me, He Loves Me Not


Entah apa kaitannya topik di atas, dengan apa yang akan aq tulis ini. Aq cuma pengen aja ngasih judul itu di tulisan ini.
Aq ga pernah percaya dengan apa yang namanya Soulmate. S.O.U.L.M.A.T.E. Yup. Bahkan aq pernah membaca tulisan “Everyone for every single” Bahwa ada seseorang yang entah di belahan dunia sebelah mana, telah disiapkan untuk qta. Yang ketika qta bertemu dengannya, jantung qta akan berdetak lebih kencang, darah qta akan mengalir lebih deras, dan akan ada suara2 yang mengiri kehadirannya. Bwatq segala sesuatu bisa menjadi milik qta, tergantung bagaimana qta mengusahakannya. Terkesan sombong memang. Tapi segala sesuatu itu tetaplah atas seijin-Nya.
Belakangan, aq memiliki seorang “teman” spesial. Yang kehadirannya sangat menyita perhatianq, mencuri waktuq, dan mulai mengaburkan logikaq.. Aq mencintainya. Begitu qsimpulkan. Tapi, aq mendapatkannya bukan dengan tanpa usaha lho ya... Tapi ga juga pake jampi2 segala. Aq mengerahkan seluruh kosa kata yang qmiliki, aq curahkan sebagian hidupq bwat dia dan bahkan segala ‘teknik’ bercintaq, mulai ala Kahlil Gibran sampai Retni SB (lho?!?!?!). Hehehe... Dan akhirnya aq memilikinya... Aq begitu yakin dia untukq, yang terakhir dan untuk selamanya.
Sampai... suatu waktu, keluar sebuah pernyataan yang sungguh sangat meluluhlantakkan hatiq. Bahwa cintanya tak lagi untukq, bahwa ternyata dia masih menyimpan sebuah rasa untuk seseorang, dan itu bukan aq. Bahwa...bahwa...bahwa... dan semua bahwa yang aq benci telah mendengarnya. Aq sakit, aq terluka untuk semua pengakuan itu. Dan qpikir aq akan bisa menyelesaikan semuanya, membuat hubungan kami baik2 saja. Tapi, apa pernah kalian mendengar, sebuah perahu akan tetap berlayar dengan gagahnya, ketika satu dayungnya patah? Dan memang pada akhirnya aq tersadar oleh sesuatu hal. Bahwa —damn! Akhirnya aq menyebut ‘bahwa’— ada hal2 yang memang ga mungkin untuk qta paksakan.






Aq mulai berpikir, merenungi semua hal yang terjadi begitu cepat dan di luar kendaliq... Sampai pada akhirnya aq menemukan sebuah titik “Setiap orang, memiliki seseorang yang sangat dicintainya, walopun pada akhirnya tidak harus dimilikinya. Dan tak ada kekuatan sebesar apapun —selain-Nya— yang bisa mengubah itu.” Dan akhirnya kalimat sampah barusan menjadi jawaban untuk semua yang terjadi... Aq mulai mempertanyanya cintaq, dan sgala rasaq untuknya. Sampai suatu waktu, datang seorang kawan lama, aq menangis dihadapnya, tanpa perlu qkatakan apapun. Hanya demi mendengarnya mengatakan sesuatu. Ada rasa yang meluap, yang sulit untuk qungkapkan. Semua hal menari di benakq, seorang kawan yang selalu qrindukan ini, yang selalu hadirkan tawa dan rasa nyaman saat bersamanya. Dan, seseorang yang mampu membwatq tergetar dan merasakan betapa luarbiasa indah cinta itu... Namun sayang, dia sudah memiliki tambatan hatinya dan itu bukan aq. Aq ternyata menyimpan rasa itu untukmu kawan...selama sekian tahun dan aq berusaha mengabaikannya...

Kembali pada tokoh pertama pada tulisan ini. Hubungan kami tetap terjalin baik. Hanya mungkin kastanya sedikit turun, dari seorang teman spesial menjadi teman dekat. Ironis, mungkin. Tapi itulah yang terjadi sekarang. Hanya saja aq sudah mulai bisa menerima, bahwa sayang dan cintanya tak lagi bwatq. Bahkan aq meragukan “rasa” itu pernah ada di hatinya.
Dan aq? Akan sampai kapan? Jangan tanyakan itu. Karena aq ga akan tau sampai kapan aq akan benar2 bertemu orang yang memang qcintai dan juga memilihq untuk dicintai.


Wednesday, June 3, 2009

Aq...dan aq...

Ini cerita tentang aq... Hanya Aq...




Awalnya sulit memulai untuk menulis tentang ini. Belakangan ada yang berubah dari aq. Aq merasakan perubahan itu. Dan aq menyukainya. Karena ini semua amat sangat menyenangkan.
Aq yang biasanya selalu mudah menebak orang. Aq yang sulit untuk dibohongi —karena aq pasti bakal tau kalo aq dibohongin— Tapi kali ini beda... Aq sangat susah menebaknya. Semua tentangnya adalah kejutan. Sekarang aq mulai bisa memandang segala sesuatu dengan cara yang berbeda. Aq adalah orang yang terlalu rumit dalam segala hal. Dan sekarang sedang mencoba untuk menjadi sedikit lebih simple. Aq begitu lepas berbicara apa saja... Tertawa, marah, kesal, semua... Aq tak ingin membuat kesimpulan apapun tentang ini. Biarkan semua mengalir bagai sebuah cerita tanpa plot dan tanpa ending apapun.
Biarkan qrasakan emosi yang dangkal ini, marah,kesal, tertawa tanpa melibatkan emosi terdalam dari hati dan perasaan. Karena buat orang seperti aq, kebahagiaan saat ini lebih dari apapun. Dan aq bahagia dengan semua ini. Dan semoga saja aq ga akan pernah menggunakan emosi terdalamq itu. Yup...biarkan seperti ini saja. Karena aq yakin setelah semua yang terjadi...dia juga menginginkan hal yang sama seperti aq. Hanya untuk saat ini. Aq ga akan pernah mempertanyakan keberadaanq untuknya... Karena semua hanya untuk saat ini. Biarlah hal2 untuk esok tertulis keesokannya...

Kesetiaan


Terinspirasi setelah nonton film-nya Henry Adianto, From Bandung with Love.

Kesetiaan yang menurut Vega –diperanin sama Marsha Timothy- adalah sesuatu yang ga bisa direncana’in, seperti cinta dan hidup. Iya, itu ada benernya. Karena terkadang kesetiaan harus terhalang oleh kesempatan untuk tidak menjadi setia. Rasa bosan, jenuh terhadap sesuatu, pasangan ato apapun, bisa menjadikan qta untuk tidak setia. Terkadang qta merasa seseorang membuat qta lebih nyaman dan memperlakukan qta jauh lebih baik dari pada pasangan qta. Hati qta ikut bicara. Semua hal kecil terasa menjadi besar. Semua hal yang biasa menjadi tak biasa. Semua tentang pasangan menjadi suatu masalah.
Bagi aq sendiri, menjadi setia adalah sebuah pilihan. Qta harus siap menuai segala resiko ato dampak yang timbul dari pilihan itu sendiri. Baik ato pun buruk.
Bagi kebanyakan orang, hal yang paling manyakitkan adalah pengkhianatan. Sulit rasanya memaafkan untuk yang satu itu. Ketika salah satu pasangan sudah tak lagi setia, maka tak ada lagi yang bisa dipertahankan. Tapi, aq slalu begitu mudah memaafkan pengkhianatan. Hanya karena aq berpikir...mungkin saja suatu saat aq melakukannya. Ketika datang kesempatan, buat aq untuk ga setia sama pasangan aq...aq mengatakannya “Ini saatnya” tapi pada saat aq mau memulainya...ternyata sulit sekali rasanya. Bahkan untuk sekedar pura-pura mencintai orang lain selain pasangan aq.




Entahlah, kesetiaan selalu terkait dengan 1 hal yaitu perselingkuhan. Dan buat aq...Menjadi setia adalah sebuah pilihan. Pilihan yang bisa untuk diusahakan.

Sunday, May 24, 2009

Kisah tentang Seorang Lelaki

Ini adalah sebuah kisah tentang seorang Lelaki. Lelaki yang tak memiliki romantisme di dalam kamus hidupnya. Dia tidak tau harus berbuat apa untuk orang yang dicintainya. Dia sadar dia salah. Dia telah melakukan kesalahan besar dalam hidupnya. Namun, dia seolah terpasung oleh kesalahan itu. Sulit baginya melepaskan diri, untuk tidak menyakiti wanita yang dicintainya...walaupun sebenarnya dia ingin memberi kebahagiaan untuk wanita itu. Berikut adalah goresan tinta dari sang Lelaki yang entah ditujukan pada siapa. Dan mungkin ini akan menjadi satu-satunya hal paling romantic yang pernah dia lakukan.

Jumat, 15 Juli 2005

Hai sepi, nggak tau jalan hidupku gimana. Kalopun kami damai aku harus tetep ati2. Aku nyesel juga punya sifat kayak gini, dimana aku terlalu bodoh untuk mengerti keadaan aku harus bersikap gimana. Setiap aku bergerak aku mesti siap terima kata2 “kita pisah” atau dicuekin (setiap ngoming nggak direspon). Aku sudah berjanji dalam hati nggak akan memperlakukan dia dengan kasar lagi.
Sepi...saat aku ditinggalkan oleh dia 1 malam rasanya udah nggak ada lagi yang bakalan mau berkeluh kesah denganku lagi. Hari2ku, canda gurauku nggak akan lagi aku dapetin. Aku sadar kalau dia milih pisah adalah suatu hal yang benar bagi dia. Siapa sih yang mau punya suami yang nggak bisa dibanggain.
Sepi...aku nyesel mbilangin dia brengsek. Kenapa? Karena sebenernya yang brengsek itu aku. Bayangin istri perutnya kesakitan, suami enak2an tidur. Janjiku nganter dia ke praktek kulewatkan dan akhirnya dia pergi dengan diantar teman cowo’nya. Baik2 dia memintaku untuk tinggal menemaninya di rumah, aku malah menghadiahkan pukulan. Suami macam apa aku. Paling dia nyesel poll milih aku jadi suaminya. Siapa sih cewe’ yang mau sama orang yang nggak berprospek , nggak punya pengertian kayak aku.
Oh iya sepi, dia bilang aku tuh kalo dia lagi marah, aku baik sama dia. Tapi pas baekan malah bikin dia sakit lagi. Bangsat banget nggak aku? Akhir2 ini kita jarang ngobrol enak, tapi untung juga dia baek banget masih mau nyiapin keperluanku. Mulai makanku, sampai tugas2 kuliahku. Dia juga ngasih seabrek kesempatan yang selalu aku sia2in. Goblok banget aku ini.
Oh iya sepi, aku inget dia dulu pernah bilang kalo aku bakal lebih baik kalo kami pisah. Tapi gmana mau lebih baik kalo nggak ada yang membimbing, nasehatin aku (bingung aku). Doaku satu, kalo kami pisah Ya Tuhan tolong bahagiakan dia dengan apapun yang dia pilih.
Apa iya dia mau memaafkan aku? Semalem dia ngeluh sakit perut. Aku ngantuk banget. Kata adekku dia nelpon taxi. Dan aku nggak nyari dia. Barusan aku nelpon temannya ternyata istriku semalem tidur di masjid. Dalam kondisinya yang sedang hamil 9bulan. Maaf.

Berpegang pada tulisan ini. Sang istri bertahan dengan Lelaki itu, dengan keyakinan bahwa Lelaki itu teramat mencintainya. Seiring waktu, keyakinannya tak jua terkuatkan, malah semakin terkikis. Sampai akhirnya tak bersisa lagi.

Friday, May 22, 2009

Suatu Senja di Sebuah Pantai

Hari itu 25 Feb 09. Tepatnya hari Rabu. Seseorang mengajakq ke pantai. Beberapa waktu sebelumnya aq melewati hari2 yang sangat berat. Menyita seluruh pikiranq. Dia menanyakan “Ada yang u pengen lakuin ga? Sekedar ngeRefresh diri?” aq jawab aja “Aq pengen naek KA. Trus pas KA nya jalan aq berdiri di antara dua gerbong n tereak sekenceng2nya” trus dia bilang “Di sini kan ga ada KA, gmana klo ke pantai aja.” Hahahaha...Hantu jalan ini ditawarin ke pantai. Jelas mau lah.

Dengan perlengkapan siap tempur (jaket, sarung tangan, kaos kaki, mantel hujan) qta berangkat ke Balikpapan. Naik motor. Pengalaman yang ga bakal aq lupain sekaligus ga bakal aq ulangin. Gila aja. Mana jalanannya Smd-Bpp meliuk2 ga karuan. Banyak tikungan tajam... Ga mau lah mempertaruhkan nyawa yang cuma 1 gini. Sepanjang perjalanan qta ngobrolin banyak hal...dari obrolan yg ga mutu, bikin eneg, menggelikan dan sebagian obrolan membuat aq berpikir tentang banyak hal. Sampai di Balikpapan qta nonton di XXI, Pintu Terlarang. Aq yang pengen. Sebenernya dia ga mau. Tapi berhubung ini hari untuk aq ya udah diturutin aja maunya aq. Pulang Nonton qta sholat bentar trus makan coto di daerah Klandasan. Penutup perjalanan qta ke pantai...Yuhuuuuu... Kayak anak kecil baru dapet mainan, aq seneng bgt. Jepret sana sini. Ga kerasa senja deh. Mana gerimis pula...Qta mutusin bwat pulang. Di jalan nyempetin mampir di KM brapa gitu aq lupa. Minum kopi di warung. Jujur, saat itu aq pengen waktu berjalan lebih lambat. Moment yang bikin aq hepy banget...

Hari itu, aq menjadi diriq yang apa adanya. Berbagi cerita tentang banyak hal. Tertawa lepas... Dan itu semua sekaligus menjadi penutup cerita tentang kami. Karena mungkin itu adalah perjalanan pertama dan terakhir aq dan dia... Setelah ini semua, akan ada hal yang berubah... Semua orang akan berubah. Cuma masalah waktu saja.
Yakin lah. Akan berbeda seperti sebelum ini... Aq dengan kehidupanq dan dia dengan kehidupannya...

Friday, May 15, 2009

Aq Percaya Kamu...


Aq percaya kamu
Melebihi apa yg orang katakan kepadaq
Aq percaya kamu
Tak peduli apa yang orang katakan tentang kamu
Yang qtahu kau selalu sejukkan hatiq
Yang qtahu kau selalu ada di saat qmembutuhkanmu
Kau selalu ada… di saat ku rapuh
Aq percaya kamu

- Aku Percaya Kamu: by d’massive -

Pertama kali denger juga ga sengaja. Pas aq pulang ke Malang bwat wisuda. Trus tau2 dikamar adek kost aq sedang muter winamp pas lagu ini. Langsung terlintas seseorang —ga enak nih tunjuk personal— Asli dah lyric lagunya gambarin dia banget. Tapi, cukup bait di atas lho ya. Iya, orang ini bener dah tau busuk2nya aq, n juga betapa ’malaikat’nya hatiq. Hehehe. Aq cerita banyak hal ke dia, dari hal ga penting, ga mutu, dsb-nya. Dari sekedar cew or cow cakep, gossip seleb, kebijakan pemerintah, politik, Dahlan Iskan, dll. Selalu aja ada topik bwat dibahas. Ada saat di mana qta ketemuan hampir tiap hari, tapi ga pernah ada kata bosan —ga tau dia nya— ada kala sesuatu menjauhkan kami. Karena kesibukan masing2, ada juga salah paham yang kebanyakan karena ego q yang guede bgt. Tapi... Selalu ada rasa menggelitik yang mendorongq untuk sekedar sms 1 karakter ”?” Lalu kami tertawa bersama, saling bercerita tentang segala hal. Dan semuanya akan menjadi baik2 saja... Segala panik dikejar deadline, kesal, marah, suntuk... terendapkan sejenak. Segalanya terasa nyaman saat sudah cerita ke dia. Dia pun begitu. Apapun yang orang bilang tentang kami, hanya kami berdua yang tahu...

Aq pernah menulis ini —sekira 1-2 th lalu—

Aku mengenalnya lewat tatapan
Aku mengenalnya lewat sebuah persaingan
Aku mengenalnya lewat perebutan

Aku mengenalnya saat kami masih sama2 kecil...
Belum mengerti tentang makna, hidup dan rasa...
Waktu t’lah lama berlalu sejak kepergiannya...
Kepergian yang meninggalkan rasa menang di hatiku...
Karena dia seorang ”Pesaing”

Seiring dengan bertambahnya usia kami...
Waktu kembali mempertemukan kami...
Benang yang dulu terurai...
Dia rekatkan kembali melalui sebuah ”ikatan”
Aku merasa paling dekat dengannya,
tau tentangnya...
Aku terlalu sering menyusahkannya...
Aku terlalu sering memaksakan kehendakku padanya...
Aku bahkan terlalu sering mengecewakannya...
Aku memaksanya untuk slalu mendengarku...
Seolah hanya aku yang memiliki masalah...

Tapi...
Apa pernah dia marah padaku?
Apa pernah dia mengecamku?
Apa pernah dia menyakiti aku?
Apa pernah aku mendengarnya?

Sampai di suatu saat...
Aku lebih banyak diam dari dia...
Dan dia lebih banyak bicara padaku...
Semua kisah mengalir darinya...

Dan aku?
Aku begitu marah pada diriku...
Ternyata...
Betapa aku tak sedikitpun tau tentang dia?

Dari dulu sampai sekarang,
Dia slalu ada untuk aku...
Dia slalu mengerti aku...
Dengan sgala yang ada di diriku...
Dengan sgala kebusukan ku...
Dia...begitu memahamiku...
Karena dia adalah pendukung setiaku

Aku slalu berharap dia akan terus memahami dan mengerti aku...
Dan sgala janji di hatiku...
Aku tak ingin lagi menyakitinya, mengecewakannya, memaksakan mauku padanya...
Aku ingin dia bangga padaku...

Aku tak ingin berucap ”Terima Kasih” padanya...
Karena apa pun dia untukku, keberadaannya...
Lebih dari sekedar rasa ”Terima Kasih”

Monday, April 13, 2009

Seperti Kotak Pandora...


Aq dan hampir semua orang pasti memiliki kenangan dengan masa lalu. Ada yang berusaha menghapusnya, melupakannya, bahkan berharap masa lalu tak pernah ada.
Di masa laluq, aq pernah mengenal seseorang, seseorang dengan hampir kesempurnaannya bagiq. Dia menjadikan cinta yang semula tak ada menjadi ada. Dia —secara sadar atau tidak— mengajarkan aq banyak hal, bagaimana mencintai, dan bagaimana menghadapi rasa sakit karena sesuatu hal.
Aq pernah menjadi cew paling bahagia, juga yang terpuruk dalam asa. Sampai akhirnya aq bisa melewati semua...dan sampai pada titik ini. Perlu waktu yang ga sebentar untuk melupakan semua tentang dia. Senyumnya, kekonyolannya, kata demi kata yang mengalir dari bibirnya, aroma tubuhnya...yang seolah melekat kuat di aq. Bertahun-tahun aq berusaha menghapus semua tentangnya...tapi semua ingatan seolah semakin melekat kuat.
Sampai akhirnya...entah disebut dewasa ato apalah namanya...aq memutuskan sesuatu hal. Aq mencoba perlahan memutus semua hal yang berhubungan dengan dia, tak lagi mendengar kabar tentang dia, satu hal yang paling sulit bwat aq lakuin, menahan untuk ga menanyakan apapun tentangnya…
Aq sadar...semuanya butuh proses. Dan aq ga mau memaksakan diriq untuk...BLASTTT... Lupa semua tentang dia.
Apa pernah kalian merasakannya seolah begitu dekat, dalam setiap desah napas namanya terucap, setiap kali tanpa sadar namanya keluar begitu saja, dan bahkan dia orang yang pertama kali kau ingat saat kau terjaga dari tidurmu.
Aq merasakannya. Tapi itu semua sudah hampir berlalu. Belakangan... Dia sudah tak begitu menarik untuk selalu tampil di benakq. Dia juga tak cukup hebat untuk membwat hatiq dag dig dug...
Tapia q belum cukup siap untuk menyatakan “Hei, u tuh bukan siapa2 tau!!” Aq ingin menyimpan semua tentangnya, menjaganya, menjadikannya sesuatu yang berharga Seperti kotak Pandora…Biarlah tak usah lagi dibuka… Karena hanya akan mengacaukan semua bila membukanya. Tp bila tiba saatnya aq akan membukanya dan aq akan tertawa saat mengenangnya...Bahwa dia bukan siapa2.

Monday, April 6, 2009

Happy Being Single

Aku baik baik saja
menikmati hidup yang aku punya
Hidupku sangat sempurna
I’m single and very happy


-By Opie Andaresta-

Belakangan sedang meng-Gila-I lagu teranyar Opie Andaresta. Secara aq sekarang sedang single…again.Ops…single kayaknya ga tepat banget lah ya bwat deskripsi in status aq sekarang. Tepatnya I’m 2nd single…Fufufu.

Menjadi sendiri atau mengambil keputusan untuk sendiri bukan hal mudah bwat sebagian besar orang, termasuk aq. Tapi, manakala kesendirian itu menjadikan qta “lebih berharga” kenapa tidak?

Bukan berarti aq ga bahagia dengan “teman hidup”q sebelum ini. Aq bahagia. Aq mencintainya. Tapi sebuah hubungan ngga’ selalu melulu tentang cinta. Ada banyak komponen yang turut merakitnya. Ibarat sebuah perahu, ada sedikit celah saja yang bocor, tentu akan sangat membahayakan. Banyak upaya dilakukan untuk menutup celah itu. Tapi sayang, celah itu nggak hanya pada satu tempat, tapi dibanyak tempat. Dan mungkin kekuatanq tidak terlalu besar untuk mempertahankan agar perahu ini cukup kokoh untuk terus berlayar.

Ada hari di mana semua nya harus berakhir. Dan memang berakhir. Untuk saat ini, Aq hanya ingin menjalani hidup yang aq punya sekarang, tanpa dia.
I’m single and very happy. Emang gitu yang aq rasain sekarang. Aq lebih bisa menjadi apa adanya aq. Bebas ngelakuin apa aja yang aq pengen. Paling enggak satu bebanq sedikit terlepas. Satu hal yang paling membahagiakan, aq lebih bisa berpikir untuk ke 2 anakq n keluarga yang sayang aq banget. Membebaskan mereka semua dari rasa sakit dan kasian melihatq dan hidup yang qjalani sebelumnya.
Aq lebih bisa berpikir untuk diriq, manjain diri di salon, beli baju yang aq pengen, dan semua2 yang dulunya qredam hanya karena aq menghargai “teman hidup”q. Dulu aq selalu berpikir, “Belikan dia baju ahhh, aq ntar2 aja” Semua2 hanya untuk dia. Ga peduli dengan “Apa yang dia udah lakuin bwat aq”

Sekarang semua udah berlalu. I’m 2nd SINGLE.
Bukan berarti aq nyaranin bwat jadi single lho. Gmana2 berdua tentu lebih baik. Tapi ber2 yg bagaimana dulu… Ada kala di mana aq merasa kesepian. Pengen dipeluk seseorang. Ato sekedar berbagi kesah di malam2 panjang. Satu hal yang sering bwat aq nangis…adalah saat aq terbangun di tengah tidurq dan melihat bahwa hanya ada Tya di sisi aq. Biarlah…Semua hal memang harus menanggung resiko masing2. Termasuk keputusanq being single.

Dahlan Iskan, I’m in Luv

Dahlan Iskan. Sebuah nama yang pastinya tidak asing lagi bagi kita. Sudah sejak lama saya mendengar nama besar beliau. Tapi saya tidak begitu tahu tentang orangnya, juga karya-karyanya. Sampai suatu hari saya melirik tumpukan buku best seller di Toga Mas Malang. Tergelitik dengan buku yang disusun sedemikian rupa oleh pegawai tokonya, GANTI HATI. Kata ‘hati’ yang langsung terlintas di pikiran saya adalah ‘hati’ sebagai sesuatu yang absurd —sama sekali bukan ‘hati’ sebagai salah satu organ tubuh— Saya lihat harga yang tertera di belakang buku. “Ahh…nanti saja. Saya sudah terlanjur membeli banyak buku, novel, kumpulan cerpen, salah satu buku Agus Mustofa, juga buku-buku bacaan brgambar untuk Adhit dan Tya.” Sebenarnya harganya tidak terlalu mahal. Tapi untuk ukuran mahasiswa —saat itu— seperti saya, yang sudah terlanjur mengeluarkan uang untuk sejumlah buku, harus berpikir dua kali untuk menambah pembayaran untuk sebuah buku lagi. Akhirnya saya urung membeli buku Pak Dahlan Iskan. Beberapa hari sempat kepikiran, kenapa saya tidak jadi membeli buku itu. Hari berganti, minggu berlalu, sekian bulan sudah terlewati. Saya lupa dengan keinginan saya membeli buku GANTI HATI-Pak Dahlan Iskan, malah saya menambah koleksi baju-baju saya.

Sampai dipenghujung waktu, saya harus meninggalkan kota Malang dan kembali ke kampung halaman saya, Tenggarong. Saya menghabiskan hari-hari terakhir dengan keliling kota Malang, berwisata kuliner, belanja pesanan Ibu dan kakak saya. Dan terakhir, saya mengunjungi toko buku kesayangan saya, Toga Mas. Saya berniat membeli beberapa buku bergambar model-model rumah, karena kebetulan keluarga saya berniat membangun rumah. Juga beberapa resep masakan. Saya juga berniat membelikan ayah saya sebuah buku. Ayah saya sangat gemar membaca.

Pilihan saya jatuh pada sebuah buku karya Milyader, bisnisman terkemuka di AS. Waktu saya mau -menuruni tangga, tiba-tipa tatapan saya mengarah pada tumpukan buku yang masih tertata dengan rapi. Senyum di buku itu seolah memanggil saya untuk mengambilnya. “God, GANTI HATI. Kenapa saya bisa lupa.” Saya letakkan kembali buku yang semula saya peruntukkan bagi ayah saya. Dan saya mantab mau memberikan GANTI HATI sebagai hadiah untuk ayah saya.

--

Hari-hari awal kepulangan saya di Tenggarong, tidak bisa langsung kerja. Status Fresh Graduate dan sudah menikah, sulit sekali mencari perusahaan yang mau mempekerjakan saya. Mungkin saya harus membenarkan cibiran sebagian orang pada saya “Gelar dua bukan jaminan kerja enak”

Saya bantu pekerjaan bulek —pembantu saya— atau terkadang saya habiskan waktu dengan membaca buku-buku koleksi ayah saya. GANTI HATI. Buku pemberian saya. Saya ambil, dan saya baca. Awalnya hanya kata pengantar, lalu e-mail dan sms yang dimuat. Berlanjut ke isi buku. Dalam sekali habis saya baca buku GANTI HATI, saya langsung jatuh cinta pada Dahlan Iskan. Eitss cinta yang bagaimana dulu… . Tulisan beliau banyak menggugah saya, dan timbul pembenaran pada hati saya “O iya ya, bener juga”

Ada satu bagian yang sangat saya sukai dari GANTI HATI. Sebenarnya saya sering ada pada kondisi seperti itu. Namun, saya sering bingung untuk mendeskripsikannya. Sejak saya membaca satu bagian itu, saya seperti menemukan jawaban atas sikap saya selama ini.

Saya adalah seorang biasa, yang sama dengan kebanyakan orang, saya juga memiliki masalah dalam menjalani hidup. Mulai masalah sekolah mana yang akan saya pilih, pendidikan apa yang akan saya tempuh, masalah dengan keluarga, bertengkar sampai putus dengan pacar, masalah dengan teman sampai ditinggalkan dan meninggalkan teman, masalah dengan kerjaan, dan yang paling sering, masalah dalam perkawinan saya.

Saya bukan orang alim ataupun suci. Tapi saya tahu Tuhan saya, juga kewajiban saya sebagai umat-Nya. Saya sering kali berdoa. Doa untuk kedua orang tua saya, kakak saya, suami saya, anak saya, kakak ipar saya, keponakan saya, keluarga besar saya, teman-teman saya dan semua orang yang saya sayangi dan menyayangi saya. Berdoa untuk segala kebaikan dan kebahagiaan mereka. Terkadang saat melepas mukena seusai sholat “O iya, td saya belum berdoa untuk diri aq sendiri. Udahlah, Tuhan pasti tahu apa yang terbaik buat aq.” Dan itu terus terjadi pada saya. Setiap kali ada masalah, saya jarang sekali menangis dan memohon pada Tuhan penyelesaiannya. Terkadang saya berpikir apa saya terlalu sombong? Angkuh? Sampai saya begitu enggan meminta untuk diri saya. Semua terjawab sudah, melalui tulisan Pak Dahlan Iskan.

Berikut beberapa paragraph yang menggugah pembenaran saya…
Banyak yang Mendoakan Panjang-panjang, Saya Berdoa Pendek

Dalam perjalanan sepanjang lorong-lorong itu, saya menyadari bahwa saya tadi belum sempat berdoa. Saya harus bersoa. Saya tidak mau ada kesan bahwa saya sombong kepada Tuhan. Tapi, segera saja saya terlibat perdebatan dengan diri saya sendiri: harus mengajukan permintaan apa pada Tuhan?Bukankah manusia cenderung minta apa saja kepada Tuhan, sehingga terkesan dia sendiri malas berusaha? Saya tidak mau Tuhan mengejek saya sebagai orang yang bisanya hanya berdoa. Saya tidak mau Tuhan mengatakan kepada saya: Untuk apa kamu saya beri otak kalau sedikit-sedikit masih juga minta pada-Ku?
Karena itu, saya memutuskan tidak akan banyak-banyak mengajukan doa. Saya tidak mau serakah. Kalau saya minta-minta terus kepada Tuhan, kapan saya menggunakan pemberian Tuhan yang paling berharga itu: otak? Maka, saya putuskan akan berdoa sesimpel mungkin.
Tapi, masih ada pertanyaan yang tiba-tiba muncul. Apakah saya harus berdoa dengan cara biasa saja atau harus sampai menangis? Kalau doa itu saya sampaikan biasa-biasa saja apakah Tuhan melihat saya sedang serius memintanya? Tapi kalau harus saya ucapkan sampai menangis dan mengiba-iba, apakah Tuhan tidak akan menilainya begini: Lihat tuh Dahlan. Kalau sudah dalam posisi sulit saja dia merengek-rengek setengah mati. Tapi, nanti akan lupa kalau sudah dalam keadaan gembira. Saya tidak ingin Tuhan memberikan penilaian seperti itu.
Apalagi saya juga tahu bahwa sistem file di kerajaan Tuhan tidak membedakan doa yang dikirim secara biasa, secara khusus, maupun secara tangis-menangis. Tuhan punya sistem file-Nya sendiri, entah seperti apa.
Waktu terus berjalan. Perdebatan di hati saya belum selesai. Padahal, kereta sudah hampir sampai di ruang operasi. Akhirnya saya putuskan berdoa menurut keyakinan saya. Satu doa yang pendek dan mencerminkan kepribadian saya sendiri: Tuhan, terserah Engkau sajalah!Terjadilah yang harus terjadi. Kalau saya harus mati, matikanlah. Kalau saya harus hidup, hidupkanlah! Selesai.
Perasaan saya tiba-tiba lega sekali. Plong. Kereta pun tiba di depan ruang operasi.
(Iskan, Dahlan. 2007. Ganti Hati. Hal 15-16. Surabaya: JP BOOKS)

Ada perasaan nyaman begitu saya membaca tulisan Pak Dahlan Iskan. Sejak itu, saya begitu excited, menanti setiap tulisan beliau. Bahkan yang semula di rumah saya berlangganan Surat Kabar lain, berganti KaltimPost.
Bagi saya, beliau bukan orang serba bisa. Tapi, berusaha untuk bisa —termasuk beralih profesi “konsultan transplantasi hati”¬—
Saya mengagumi beliau, terlebih beberapa tahun terakhir, beliau turut berpartisipasi dalam mengatasi masalah listrik di Kaltim. Saya merasa malu, sebagai putra Kaltim, saya belum mampu berbuat banyak. Tapi beliau? Orang yang hanya pernah mencicipi kehidupan di Kaltim, tapi mau berperan serta untuk perubahan Kaltim.
Semoga di suatu kesempatan saya bisa bertemu dengan beliau. Sekedar mengobrol ringan yang sesuai kapasitas otak saya.